• +6221 4288 5430
  • +62 8118 242 558 (BIC-JKT)
  • +62 8118 242 462 (BIC-INA)
  • info@bic.web.id

KOLABORASI KUNCI WUJUDKAN INDONESIA MAJU 2045



Dalam diskusi peluncuran buku "Indonesia Menuju 2045"  yang merupakan kerjasama Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas), Centre for Strategic and International Studies (CSIS), dengan harian Kompas dan Penerbit Buku Kompas, Rabu 6 Oktober 2021 lalu; Direktur CSIS Phillip Vermonte berpendapat bahwa untuk  mencapai Indonesia maju pada 2045, hal pertama yang penting dikembangkan adalah ekonomi yang berbasis inovasi dan teknologi. Dia mengutip Buku "The Rise and Fall of the Great Powers" karya sejarawan Paul Kennedy, bahwa negara menjadi besar jika melahirkan inovasi dan kemajuan teknologi. "Jadi, bagaimana kita harus mendorong "budaya riset dan inovasi" secara sungguh-sungguh; karena dari situlah awal mula inovasi di semua bidang", ujarnya. Untuk itu, ia mengingatkan pentingnya "kolaborasi" antara pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan. Sebagai contoh yang kontras dibandingkan dengan situasi di Indonesia, di Korea Selatan, kolaborasi pemerintah - swasta ditunjukkan dari anggaran riset dan inovasi yang terbesar dari pendanaan swasta, bukan dari anggaran negara.

Kolaborasi DAN Kooperasi *

Dalam pembicaraan sehari-hari, istilah kolaborasi seringkali tidak dibedakan dengan kooperasi (kerjasama), padahal keduanya perlu dibedakan agar tidak menjadi perdebatan dan kebingungan. Kolaborasi dimulai dengan keyakinan dan visi bersama tentang apa yang ingin kita capai bersama dalam kelompok. Semangat "merdeka atau mati" kita adalah contoh konkrit sebuah kolaborasi. Namun, jika pada awalnya kita dipaksa masuk menjadi bagian dari kelompok yang tidak kita pilih, misalnya dalam suatu kooperasi (kerjasama), bisa saja kita lalu membangun saling percaya, dan selanjutnya membangun kelompok kolaboratif.  Sekalipun dalam pembentukan kerjasama kelompok seringkali ada unsur “dipaksa”, namun kolaborasi tetap bersifat sukarela. Pada akhirnya setiap anggota akan tetap memilih posisinya, apakah dalam kelompok tersebut dia akan berkolaborasi, atau bekerjasama, atau cuma sekadar sama-sama bekerja? 

Kelompok kooperasi (kerjasama) lebih seperti jejaring yang dibangun atas dasar rasa hormat/respek dan menjunjung norma bersama. Kerjasama akan berkisar di antara kemandirian dan ketergantungan profesional, di mana setiap anggota akan tetap memiliki otonomi dan independensi; namun sepakat berbagi informasi, tugas, dan gagasan. Di kalangan ilmuwan, kooperasi secara profesional sebenarnya adalah hal yang sudah "biasa". Sekalipun kita juga seringkali mendengar adanya kesulitan bekerjasama di antara para ilmuwan yang datang dari unit kerja litbang/universitas yang berbeda. Biang masalah sebenarnya bukanlah pada tiadanya keinginan bekerjasama, tapi lebih gara-gara "silo"  tupoksi dan anggaran; sehingga tuntutan birokrasi seringkali mengalahkan semangat dan kebutuhan bekerjasama. 

Pada kelompok yang berkolaborasi, para anggota harus membangun perasaan saling bergantung yang dilandasi visi dan nilai bersama. Rasa saling menghormati (respect) dalam kelompok kooperasi bisa berkembang menjadi rasa saling percaya (trust) dan saling membuka diri dan menghasilkan efek sinergi. Dalam konteks Indonesia, bisa saja kolaborasi awalnya didorong melalui kelompok kerjasama antar lembaga litbang / universitas; tapi dalam prosesnya kelompok kooperatif ini dapat "didorong" menjadi suatu kelompok kolaboratif.  Tantangannya adalah, bahwa kolaborasi harus didasari pada keyakinan, visi, dan saling percaya di antara anggota kelompok yang seringkali tidak bisa dipaksakan; baik dengan instruksi, target, bahkan tawaran anggaran. Proses kolaborasi yang dipaksakan juga seringkali malah berantakan. Kepercayaan "palsu" lebih buruk dampaknya ketimbang saling respek sekalipun independen. Rasa saling bergantung sebagai dasar kolaborasi sulit terjadi, bila setiap anggota tak bisa saling mengeksplorasi / memahami peran masing-masing.

Melihat diagram perbandingan antara kolaborasi vs. kooperasi  (lihat gambar), kita mungkin berpikir kolaborasi adalah sesuatu yang "lebih" dari sekadar kerjasama. Pada kenyataannya, keduanya diperlukan tergantung konteks situasi. Kooperasi DAN Kolaborasi haruslah saling melengkapi. Dalam upaya inovasi, ada masanya dimana kolaborasi diharapkan untuk menghasilkan terobosan, integrasi, dan sinergi. Namun semangat kolaborasi bisa membuat kelompok menjadi picik, dan melupakan pentingnya kreatifitas dan semangat berpikir bebas. Itulah sebabnya, pada fase-fase inovasi tertentu, kerja kelompok berbasis kooperasi tetap diperlukan, misalnya dalam saling memberikan kritik, umpan-balik, atau gagasan baru;  yang datangnya justru dari disiplin berbeda dari setiap anggota kelompok. 

Hadirnya BRIN di arena inovasi Indonesia sungguh memberikan harapan baru dan juga tantangan baru bagi upaya inovasi, untuk bekerja secara Kolaboratif DAN Kooperatif;  karena di masa-masa lalu melakukan kooperasi adalah "tantangan abadi", sedangkan kolaborasi seringkali hanya ada di "dalam mimpi".  

Salam inovasi ! 

Kristanto Santosa 

(KS/101021)   

* Referensi:
https://spencerauthor.com/can-you-force-collaboration
 


Komentar

Richard MengkoOct 17,2021

Wah .... saya belajar sesuatu yang baru ko-operasi vs kolaborasi ... Thank you P Kristanto Salam inovasi

ayat edi santosoJul 23,2024

Pak Kris , Ijin bertanya , Hal dasar apa yang membedakan antara Kerjasama Tim dengan Kolaborasi Tim ? apakah hanya istilahnya saja yang berbeda atau ada unsur lain yang memang membedakan antara ke dua hal tersebut Terima kasih Pak Kris

Tinggalkan Pesan

Blog Terbaru

INOVASI TANPA DISRUPSI:  OLEH-OLEH DARI JALAN-JALAN

Pengarang buku strategi inovasi “Blue Ocean Strategy”, Chan Kim & Renee Mauborgne; l

Inovasi Indonesia Ini Bernama IKN

Kebanyakan kita akan sepakat bahwa prakarsa pemindahan ibukota kita ke IKN Nusantara adalah prakarsa

Inovasi "Champion of the Forest" dan Spirit “5K”

Oleh: Wiratno * (23-Sep-2023) Perhutanan Sosial sejak diperjuangkan oleh banyak tokoh di Kongres Ke

INOVASI TANPA DISRUPSI

Inovasi “besar” seringkali langsung diasosiasikan dengan terjadinya disrupsi / gangguan

Lima Hal Untuk Menjadi Inovator Sejati

Pertama-tama saya perlu mengakui, bahwa saya bukanlah seorang inovator. Bukanlah hal yang mudah untu