• +6221 4288 5430
  • +62 8118 242 558 (BIC-JKT)
  • +62 8118 242 462 (BIC-INA)
  • info@bic.web.id

Inovasi "Champion of the Forest" dan Spirit “5K”



Oleh: Wiratno * (23-Sep-2023)

Perhutanan Sosial sejak diperjuangkan oleh banyak tokoh di Kongres Kehutanan Se Dunia ke VIII di Jakarta pada tahun 1978 dengan thema “Forest for People”, yang dilanjutkan kebijakan hutan kemasyarakatan tahun 2007. Baru 38 tahun kemudian, perhutanan sosial muncul dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (2014-2019). Yang mencantumkan target 12,7 juta hektar hutan produksi dan hutan lindung dapat dikelola rakyat dengan skema Hutan Desa, Hutan Kemasyarakatan, Hutan Tanaman Rakyat, Kemitraan Kehutanan dan Hutan Hak, termasuk Hutan Adat.

Namun, mereka yang telah mendapatkan hak kelolanya seringkali mendapatkan gangguan dari pihak luar. Baik dalam bentuk penebangan ilegal di dalam arealnya, maupun perambahan oleh pihak yang tidak memiliki hak. Ada lagi cerita, setelah mendapatkan hak kelola mereka tak mampu mengelola kawasan, kelembagaan dan usahanya. Bagaimana pemerintah menyikapi persoalan lapangan ini? Adakah cerita sukses yang bisa menyemangati kelompok tani hutan tersebut? Ulasan berikut mengungkap berbagai keberhasilan dan tantangan dalam pengelolaan hutan bersama masyarakat yang melahirkan spirit “5K” yang ditandai dengan munculnya fenomena “champion of the forest”

Spirit “5K”
Spirit ini saya temukan melalui beragam kejadian dan pengalaman lapangan selama lebih dari 20 tahun. Spirit “5K”ini seperti energi yang menjadi motivasi dan menggerakkan seluruh organ untuk mencapai tujuannya. Kelima “K” tersebut adalah:

1. Kepeloporan
Bekerja mengurus alam melestarikan lingkungan, memerlukan spirit kepeloporan. Menjadi yang pertama dan terdepan, ketika terjadi kebakaran lahan, savana, hutan. Menjadi yang pertama dalam menyelamatkan satwa liar, mencegah pemasanagan jeras, melaporkan terjadinya perburuan, penjualan satwa, memelopori lahirnya bank sampah, pembersihan sungai, terdepan dalam penanggulanagan bencana dan pertolongan korban bencana.

2. Keberpihakan
Memiliki sikap mental berpihak pada petani keluarga tani di pinggir hutan yang miskin, mengutamakan mereka yang membutuhkan edukasi, layanan air bersih, sanitasi, listrik, kesehatan, pangan alternatif. Berpihak berarti mengupayakan alokasi tenaga, pikiran, dan Tindakan super prioritas pada kelompok masyarakat yang sedang menghadapi persoalan kehidupan mendasar. Anggaran disusun dengan lebih mengutamakan untuk kelompok-kelompok yang sangat memerlukan bantuan dan pendampingan.

3. Kepedulian
Merupakan sikap yang peka terhadap ketidakadilan yang dilihatnya. Sebagaimana sikap mental kepeloporan dan keberpihakan, sikap kepedulian menunjukkan empatinya yang tulus ikhlas (tanpa banyak perhitungan untung-rugi atau popularitas) dan melakukan quick response agar dapat mengangkat derajad dan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat. Inilah yang saya sebut bekerja dengan hati (ikhlas) -yang daya jangkauannya unlimited. Yang impossible ditinjau dari kacamata science bisa menjadi possible.

4. Konsistensi
Bekerja di arena konservasi alam dan pelestarian lingkungan memerlukan sikap yang konsisten. Perlu waktu lama untuk terjadinya perubahan sikap dan mendapatkan hasil yang terukur. Diperlukan sikap mental yang tangguh, persistent, pantang menyerah dan berani terus belajar dari kegagalan. Diperlukan waktu lima tahun dan bahkan lebih lama untuk mendapatkan hasil seperti yang diharapkan. Memerlukan kesabaran dan daya juang yang kuat.

5. Kepemimpinan
Keempat sikap mental tersebut mensyarakan bekal yaitu kepemimpinan (leadership) yang berintegritas. Seorang pemimpin harus mampu memberikan arah (visi), memberi tahu cara mencapainya, bersama timnya melakukan upaya terpadu sinergis dengan membangun teamwork yang kuat. Seorang trusted leader akan mampu menggerakkan tim kerjanya yang dapat melibatkan lebih dari 50% kekuatan dan sinergitas anggota tim.

Champion of the Forest
Kelima “K” tersebut dapat kita pelajari melekat pada orang-orang yang saya sebut sebagai “champion of the forest”. Saya mengambil contoh yang terkait dengan sumberdaya hutan, bidang yang saya tekuni selama lebih dari 20 tahun. Sehingga saya menemukenali figur-figur yang luar biasa, termasuk mereka yang pernah mendapatkan penghargaan Kalpataru yang sangat terkenal tersebut.  Merekalah pejuang lingkungan sejati.
Siapa yang dapat disebut sebagai “champion of the forest” itu? Mereka menerima apa yang penulis sebut sebagai “personal calling”. Panggilan hidup untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi lingkungan. Mereka orang biasa yang karya dan hasil kerjanya luar biasa. Beberapa inovasi dan champion of the forest adalah:

1. Repong Damar di Lampung
Kisah sukses diakuinya Repong Damar Krui di Lampung Barat menjadi Kawasan Dengan Tujuan Istimewa di masa Menteri Kehutanan, Djamaludin Suryo Hadikusumo. Terobosan atau inovasi kebijakan ini tidak dapat dilepaskan dari peran tokoh-tokoh dan lembaga, seperti LATIN, Watala, P3AE-UI, ICRAF dan CIFOR. Di sana berperan seorang Tri Nugroho, Dani W Munggoro, Suwito, Ahmad Kusworo, Restu Ahmaliadi (Alm), Dr. Iwan Tjitradjaja (Alm), Martua T. Sirait, M. Buyung Ichwanto, Hubert de Foresta, Eva Wollenberg, Chip Fay.  Mereka saat ini menjadi tokoh-tokoh penggerak perhutanan sosial. Mereka bagian dari inovator yang berperan penting dalam perubahan kebijakan dan perjuangan perhutanan sosial sejak 2010.

2. Yesaya Talan: Mengurus Penyu Menipo (Sosok Kompas 03/09/12)
Seorang Kepala Resort Taman Wisata Alam Menipo, dua jam perjalanan darat atau 124 Km dari Kota Kupang, adalah seorang yang sangat sederhana dengan hasil kerja yang rasanya tidak bisa dihitung dengan nalar. Pekerjaan utamanya bersama dua stafnya adalah menjaga TWA Menipo, yang sangat indah dengan ekosistem cemara laut dan lontar, yang merupakan habitat burung antara lain Kaka tua kecil jambul kuning, rusa timorensis, buaya muara, dan 7 km pantainya didarati penyu. Selama lebih dari tiga tahun, ia bersama stafnya mengumpulkan telur-telur penyu, menetaskan, memelihara, dan telah meliarkan 11.155 ekor tukik ke laut.

3. Lodovikus Vaderman: Melepas Jerat Tengkulak Kopi (Sosok Kompas 14/08/16)
Colol, Desa di pinggir Taman Wisata Alam Ruteng, Kab.Manggarai Barat, Provinsi NTT, sejak 1920 dikenalkan oleh Belanda dan menjadi terkenal dengan kopi arabika dan robusta, mulai 1937. Namun seperti umumnya petani di berbagai pedesaan di tanah air, mereka juga terjebak dalam renterinir dan pengijon. Lodovikus lah yang berusaha keras mengangkat derajad petani kopi Colo tersebut dengan mendirikan Asosiasi Petani Kopi Manggarai Raya atau Asikom tahun 2010, yang menjadi wadah petani dalam pemasaran kopinya. Kerjasama Askom dengan Bank Pembangunan Daerah NTT dan Koperasi Karyawan Diosis Keuskupan Ruteng, dan Veco Indonesia-LSM Pemberdayaan Masyarakat, membantu petani kopi dari penanaman, pemerliharaan, meningkatkan produktivitas dan pemasaran. Upaya ini membuahkan hasil meningkatnya kesejahteraan petani kopi Colol, dengan ekspor kopinya ke Taiwan dan Jerman.

4. Ritno Kurniawan: Merangkul Pembalak Liar (Sosok Kompas, 11 Oktober 2016)
Figur pemuda sarjana pertanian UGM, ini memilih kembali ke kampung halamannya. Ia selama 10 tahun bekerja mengembangkan ekowisata di Hutan Nagari Lubuk Alung, di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Atas upayanya itu, ia berhasil merangkul mereka yang dulunya perambah hutan menjadi pemandu wisata. Hutan mulai berhasil diselamatkan, melalui kesadaran masyarakatnya sekaligus mereka mendapatkan alternatif pendapatan dari ekowisata tersebut. Bukankah ini cerita yang sungguh menginspirasi kita bersama? Seorang pemuda yang kembali ke kampungnya dan akhirnya berhasil menjadi innovator dan motivator, penggerak, dan pendorong kelompok masyarakt di kampungnya untuk secara bertahap sadar kembali mengurus hutan di sekitarnya. Ia akhirnya masuk di dalam acara Kick Andy, 21 Juli 2018 lalu.

5. Sangkot: Penggerak Hutan Kemasyarakatan Lestari Mangrove (Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Regional Sumatera, November 2016)
Dari semua cerita menyedihkan akan kerusakan hutan bakau di pantai timur Sumatera, kisah perjuangan Sangkot bersama LBH Medan, Walhi sumatera Utara dan Kelompok Nelayan Tradisional Indonesia Kab. Langkat, dan Jaringan Kiara, patut mendapatkan apresisi, didukungan Balai Besar Mangrove Medan, rehabilitasi kawasan bakau di desa Lubuk Kertang, Kecamatan Brandan Barat, Kab.Langkat itu dimulai sejak 2012, serta dibantu Gerhan BPDAS Wampu Sei Ular. Tahun 2016, kelompok ini mendapatkan izin Hutan Kemasyarakatan seluas 400 hektar dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

6. Lejie Taq: Jaga dengan Adat 
Tokoh adat Dayak yang secara konsisten melakukan upaya kolektif untuk menjaga dan melindungi Hutan Lindung Wehea seluas 38.000 hektar di Kab. Berau dan Kutai Timur, dengan pendampingan dari The Nature Conservancy (sekarang Yayasan Konservasi Alam Nusantara), dengan tokoh pendampingnya yaitu Taufik, Iwan Wibisono, Neil Makinuddin, Bu Herlina, yang juga mengangkat Hutan Desa Kampung Merabu.


Refleksi untuk Masa Depan

Ciri khas dari gerakan akar rumput yang dimotori oleh local champion ini adalah tumbuhnya kesadaran baik secara individu atau kelompok untuk berbuat secara konkrit terhadap dampak dari kerusakan lingkungan. Gerakan perubahan memerlukan waktu cukup lama untuk menyemai kesadaran individu atau kelompok. Maka, menerapkan ruh “5K” sebagai basis dikembangkannya inovasi akar rumput menjadi tolok ukur yang sangat penting saat ini dan ke depan.

-----------


* Ir. Wiratno MSc.: Dirjen Konservasi SDA dan Ekosistem (2017-2022) menghimpun catatan-catatan inovasi dari alam rimba raya, menjadi buku  “100+ INOVASI KSDAE”; untuk membuktikan bahwa banyak inovasi hebat dapat terjadi dalam kegiatan konservasi alam/ekosistem kita. Ini seperti siraman air nan sejuk di tengah kegalauan dan paradigma kita; bahwa alam terpaksa harus kita korbankan demi kemajuan bangsa. Buku ini justru menunjukkan; bahwa kalau kita mau, korban sebenarnya tak perlu; justru inovasilah yang kita hasilkan, bisa dan harus lebih banyak lagi. Dan kuncinya adalah semangat “5K”

Lihat e-book & artikel karya Ir. Wiratno lainnya: iw-center.com

 


Komentar

Belum ada komentar

Tinggalkan Pesan

Blog Terbaru

PRINSIP-PRINSIP, KIAT, DAN STRATEGI DUBAI DALAM BERINOVASI

Dubai dinilai sebagai sebuah simbol sukses, atau bahkan keajaiban, inovasi pada tataran negara di er

INOVASI TANPA DISRUPSI:  OLEH-OLEH DARI JALAN-JALAN

Pengarang buku strategi inovasi “Blue Ocean Strategy”, Chan Kim & Renee Mauborgne; l

Inovasi Indonesia Ini Bernama IKN

Kebanyakan kita akan sepakat bahwa prakarsa pemindahan ibukota kita ke IKN Nusantara adalah prakarsa

Inovasi "Champion of the Forest" dan Spirit “5K”

Oleh: Wiratno * (23-Sep-2023) Perhutanan Sosial sejak diperjuangkan oleh banyak tokoh di Kongres Ke

INOVASI TANPA DISRUPSI

Inovasi “besar” seringkali langsung diasosiasikan dengan terjadinya disrupsi / gangguan