EKOSISTEM INOVASI DORONG PERTUMBUHAN EKONOMI

Di awal tahun 2025 diskusi online GIMI Think-Tank mengangkat keajaiban Inovasi Dubai dalam membangun peradaban modern nan makmur di tengah gurun pasir (Lihat Berita BIC,18 Januari 2025: DUBAI BERBAGI KIAT DAN STRATEGI DALAM BERINOVASI); dan selanjutnya GIMI Think-Tank juga mengetengahkan kejaiban inovasi lain lagi dari negeri di seberangnya: Israel.

Kalau Mr. Saeed Al Falasi yang adalah pejabat negara United Arab Emirates (UAE) berbagi bagaimana pemerintah berperanan membangun inovasi "swasta" di Dubai; Dr. Jonathan Menuhin adalah CEO Israel Innovation Institute (III), organisasi swasta nirlaba, yang sebaliknya berbagi tentang bagaimana organisasi swastanya justru ikut mengembangkan ekosistem inovasi "negara" Israel. Dengan pengalaman selama 13 tahun dalam membina ekosistem inovasi, III  melalui kelompok think-tanknya yang bernama: Catalyst Innovation Management bahkan telah menawarkan jasanya bagi berbagai lembaga dan organisasi di dunia, baik di tingkat pemerintahan, tingkat regional, tingkat kota, perusahaan atau organisasi lainnya untuk mengembangkan ekosistem inovasi mereka; agar dapat memacu daya saing, pertumbuhan bisnis, maupun pertumbuhan ekonomi dan sosial. Catalyst Innovation Management adalah “rumah” bagi seluruh pemangku kepentingan utama dalam jejaring inovasi di Israel, termasuk lebih dari 3.000 perusahaan rintisan (startups), ratusan investor global, serta berbagai organisasi pemerintah maupun organisasi internasional, demi mendukung pengembangan inovasi dan teknologi yang berpotensi memberikan dampak besar ke seluruh dunia. Selama dekade terakhir, layanan Catalyst menghasilkan pertumbuhan investasi lebih dari US$ 40 miliar.

Membangun Ekosistem Inovasi
Pembelajaran yang terpenting dari III adalah cara mereka mendorong inovasi nasional dari kacamata ekosistem inovasi nasional, yang didefinisikan sebagai jejaring dinamis dari berbagai pemangku kepentingan (stakeholder) inovasi baik dalam bentuk organisasi, tokoh-tokoh inovasi, dan berbagai sumberdaya alam, tenaga kerja, kapital, termasuk strategi, peraturan dan kebijakan pemerintah. Ekosistem inovasi yang sehat dikatakan sebagai kolaborasi seluruh stakeholder yang secara kompak dan terpadu mengembangkan inovasi demi memacu pertumbuhan bangsa. Stakeholder inovasi yang dimaksud sebenarnya juga sudah kita kenali di Indonesia, dan pada umumnya juga ada di negeri-negeri berasaskan demokrasi dan sistem perekonomian terbuka. Ke sepuluh stakeholder III tersebut adalah: (1) Pemerintah / sektor publik, (2) Bisnis / Korporasi, (3) Wirausahawan, (4) Pemodal / Investor, (5) sektor industri, (6) sektor Jasa-Jasa (Services), (7) perusahaan pemula (startups), (8) Lembaga-lembaga LitBang & Inovasi, (9) Dunia pendidikan, dan (10) Lembaga-Lembaga Swadaya Masyarakat / NGO termasuk Koperasi.

Sebenarnya Indonesia dinilai oleh World Intellectual Property Organization (WIPO) juga telah mengalami kemajuan hebat dalam membangun inovasi nasional dari tahun 2022 sampai 2024; sehingga peringkat Indonesia di Indeks Inovasi Global (GII) telah “meroket” dari peringkat ke 87 menjadi peringkat ke 53 dunia, hanya dalam waktu 3 tahun. Namun demikian, argumen WIPO bahwa inovasi adalah pendorong utama pertumbuhan ekonomi masa kini, ternyata belum nampak berdampak bagi kinerja ekonomi Indonesia. Pertumbuhan ekonomi kita masih berkutat di sekitar angka 5% per tahun, yang sama sejak belasan tahun sebelumnya. Sekalipun bukan prestasi yang buruk, namun belum cukup bagi kita untuk menuju Indonesia Emas 2045, yang "katanya" mensyaratkan pertumbuhan 8% per tahun. Necessary but NOT Sufficient!  Bahasan / diskusi lebih terinci mengenai hal ini dapat Anda baca di Blog BIC. Silakan KLIK di sini  

Ke depan, barangkali kita juga perlu belajar dari strategi, sistem, metodologi, serta pengalaman dari III; dalam mengembangkan inovasi mereka terfokus pada efektivitas ekosistem inovasi. Dr. Menuhin, dalam paparannya berbagi tentang pengembangan dan pengelolaan ekosistem inovasi nasional Israel secara terpadu, sistematik dan “terstruktur” (lihat gambar: Innovation Ecosystem Management), yang terdiri dari lima pilar utama, yaitu: (1) Market Education: mengikut-sertakan dan menghimpun seluruh stakeholder inovasi ke dalam ekosistem inovasi, (2) Social Capital Creation: membangun koneksi di antara para stakeholder untuk memanfaatkan “aset” satu-sama lain melalui interaksi di dalam ekosistem inovasi, (3) Access to Knowledge: membantu setiap stakeholder berbagi pengetahuan dan pengalaman agar kinerja mereka menjadi lebih baik dan tetap relevan, (4) Open Innovation Facilitation: mendorong pola pikir baru dalam berinovasi bahwa menerapkan inovasi secara kolaboratif dan terbuka menghasilkan tingkat keberhasilan yang lebih tinggi dan juga lebih cepat, (5) Internationalization: kolaborasi inovasi internasional (lintas-batas) untuk meningkatkan kapasitas, sumberdaya, jejaring inovasi ke dalam ekosistem inovasi.   

Sebagai perbandingan dalam soal pengembangan ekosistem inovasi, jangan kita lupakan juga fenomena "Silicon Valley" yang dimulai di era tahun 1980an dan sering  disebut sebagai "legenda sukses" pengembangan ekosistem inovasi kelas dunia. SIlakan KLIK di sini.  


Salam inovasi! 
(KS/280525)
 

Komentar