• +6221 4288 5430
  • +62 8118 242 558 (BIC-JKT)
  • +62 8118 242 462 (BIC-INA)
  • info@bic.web.id

Raksasa Yang Bukan Rekayasa

KEDELAI VARIETAS MUTIARA 1 BERBIJI BESAR POTENSI HASIL TINGGI DAN COCOK SEBAGAI BAHAN BAKU TEMPE DAN TAHU YANG SEHAT NON GMO

Deskripsi Singkat


Produksi kedelai (Glycine max) dalam negeri hanya memenuhi 35-40% dari konsumsi nasional. Namun kedelai impor yang dianggap superior dibanding kedelai lokal karena ukuran biji yang besar, sebagian besar adalah kedelai produk GMO; yang sampai saat ini masih jadi polemik dari sisi kesehatan. 

Inovasi ini telah berhasil mengembangkan varietas unggul dari kedelai lokal dengan teknik iradiasi dengan potensi produksi tinggi (± 4,2 ton/ha) dan mempunyai ukuran biji sebesar biji kedelai impor yang sudah telanjur disukai para pengrajin tahu dan tempe. Selain sebagai kedelai non-GMO yang dianggap lebih aman bagi kesehatan, varietas kedele bernama Mutiara-1 ini pembibitannya dapat dilakukan sendiri oleh petani secara berkelanjutan.

 

A Non Genetically-Engineered Giant

 

Short Description


Domestic soybean production (Glycine max) only meets 35-40% of national consumption. The imported soybeans that are considered superior to local soybeans due to their large seed size are mostly GMO soybeans; which until now is still a polemic in terms of health. This innovation has succeeded in developing superior varieties of local soybeans with irradiation techniques with high production potential (± 4.2 tonnes / ha), and having a seed size comparable to imported soybeans. Apart from being a non-GMO soybean which is considered safer for health, this soybean variety, named Mutiara-1, can be cultivated by farmers sustainably. 

Perspektif

Kedelai selain sumber protein utama masyarakat, juga bahan pokok pembuatan tahu, tempe dan kecap manis khas Indonesia. Untuk itu, berbagai inovasi mesti dikembangkan untuk "memerdekakan" Indonesia dari ketergantungan pada kedelai impor.    

Keunggulan Inovasi:

  • Menghasilkan biji kedelai super besar, sehingga disukai oleh pengrajin tahu dan tempe karena terbiasa mmemakai kedelai impor berbiji besar,
  • Produktivitas hasil tinggi mencapai ± 4,2 t/ha, sehingga dapat meningkatkan penghasilanpetani, 
  • Tahan terhadap hama dan penyakit utama seperti penyakit karat daun,
  • Dapat ditanam di lahan sawah bekas penanaman padi dengan sistim langsung tanpa olah tanah,
  • Telah terdaftar di e-katalog Benih Kedelai Nasional Kementerian Pertanian.
  • Sudah diakui oleh IAEA (International Atomic Energy Agency), sebagai kedelai varietas mutan dengan produktivitas tinggi. 

Potensi Aplikasi:

Teknologi iradiasi benih ini berpotensi terus dikembangkan untuk menghasilkan benih kedelai bermutu bagi petani kedelai, sehingga dapat berperan meningkatkan produksi kedelai nasional,, dan mengurangi ketergantungan Indonesia pada kedelai impor 

Innovator:

Tim Inovasi

ISI

Institusi

ISI

Alamat

ISI

Status Paten

Belum Didaftarkan

Kesiapan Inovasi

* Prototype

Kerjasama bisnis

* Terbatas

Peringkat Inovasi

* Prospektif


File

Tidak ada


Video

Tidak ada


Perkembangan Inovasi