• +6221 4288 5430
  • +62 8118 242 558 (BIC-JKT)
  • +62 8118 242 462 (BIC-INA)
  • info@bic.web.id

Pengembangan Roadmap Prakarsa Inovasi di Lingkungan Perguruan Tinggi



Selasa (8/12/2015), BIC bekerjasama dengan Direktorat Inovasi dan Inkubator Bisnis Universitas Indonesia (DIIB UI) mengadakan acara talkshow dengan tema : Mengembangkan Roadmap Prakarsa Inovasi di Lingkungan Perguruan Tinggi. Acara yang bertempat di Gedung Aula Terapung UI ini merupakan bagian dari rangkaian acara "Indonesia Innovation and Entrepreneurship Exhibition" tanggal 6-8 Desember 2015.

Acara talkshow yang dimulai pagi hari, diawali dengan pemaparan tentang hilirisasi inovasi oleh Dr. Jumain Appe (Dirjen Penguatan Inovasi Kemenristekdikti RI). Menurut Beliau, "Perguruan Tinggi (PT) memegang peranan yang penting dalam melahirkan inovasi-inovasi yang akan memajukan Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut, PT akan diberi otonomi Badan Hukum sehingga dapat mendirikan perusahaan sendiri  untuk mengembangkan hasil inovasi- / risetnya ke dunia bisnis".

Acara kemudian dilanjutkan dengan menghadirkan pembicara lain seperti Dr. Mesdin Simarmata (Direktur Industri, IPTEK, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif BAPPENAS), Dr.  Nurul Taufiqu Rochman (Kepala Pusat Inovasi LIPI), Dr. Eng. Muhammad Sahlan, S. Si, M. Eng (Inovator UI), dan Kristanto Santosa (Direktur Eksekutif Business Innovation Center).

Dalam kesempatan itu, Dr. Mesdin mengungkapkan bahwa perlu adanya kesinambungan yang baik antara Universitas (Akademisi) dengan dunia Bisnis agar hasil penelitian dapat dikomersialisasi, karena seringkali kegagalan dalam scaling up disebabkan oleh ketidak-sesuaian dengan kebutuhan pasar. Sedangkan Dr. Nurul menekankan bahwa kesuksesan teknologi transfer terletak pada 3 kunci penting, yaitu: tingkat keahlian peneliti, hasil riset dan kemampuan untuk berwirausaha.

Mewakili Business Innovation Center, Kristanto Santosa menyarankan agar masing-masing PT fokus kepada 3 elemen CC (Care to Customer, Core Competency dan Competitive Collaboration). "Misalnya: UI yang dikenal memiliki banyak hasil penelitian, perlu untuk mensinkronkan arah penelitiannya kepada Agenda Riset Nasional (pemerintah sebagai consumer) dan kepada kebutuhan bisnis. Dalam hal Core Competency, inovasi sebaiknya disesuaikan dengan titik berat penelitian masing-masing universitas: UI dalam bidang Ilmu Kesehatan, IPB dalam bidang Pertanian dan Pangan, ITB dalam bidang Sains dan Teknologi, dan seterusnya. Terakhir faktor Competitive Collaboration, artinya penelitian yang berada di luar kompetensi utama sebaiknya tidak ditinggalkan, melainkan tetap ditekuni sebagai bidang riset yang bersifat kompetitif", jelas Kristanto. (DP)


Komentar

Belum ada komentar

Tinggalkan Pesan

Berita Terbaru

KESEMPATAN TERAKHIR ANDA DI “116 INOVASI INDONESIA – 2024”

Sampai pada batas akhir pengajuan proposal Batch # 5 ke "116 Inovasi Indonesia-2024" 

KEJUTAN LAGI!!   INOVASI INDONESIA TERUS MEROKET

Bagi pegiat inovasi di Indonesia, laporan peringkat inovasi oleh Global Innovation Index (GII) untuk

GIMI INNOVATION AWARDS 2024

Global Innovation Management Institute (GIMI) mengundang para inovator dari seluruh dunia, untuk unj

MENGHARUMKAN INOVASI INDONESIA DENGAN NILAM

Minggu ini, berita besar yang sungguh menggembirakan bagi komunitas inovasi datang dari ujung barat

"116 IN0VASI INDONESIA-2024" DIMULAI !!

Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara adalah proyek strategis nasional yang akan diresmikan pada 17 Agustu