• +6221 4288 5430
  • +62 8118 242 558 (BIC-JKT)
  • +62 8118 242 462 (BIC-INA)
  • info@bic.web.id

Covid-19 dalam Perspektif Inovasi



Nyaris tak seorangpun di dunia yang kehidupan pribadi dan bisnisnya, belum terpengaruh oleh krisis pandemi Covid-19 saat ini. Saat tulisan ini dibuat sampai saat Anda membacanya, pastilah situasi telah banyak berubah, menuju lebih baik ataupun justru lebih buruk. Namun, seberapa besar krisis ini nantinya tak seorangpun yang berani memastikan. Selain terjadi berbagai ketidak-pastian, penderitaan, dan kepanikan sebagai dampak pandemi Covid-19 saat ini, kita juga perlu mengantisipasikan dampak negatif, bahkan dapat dikatakan potensi "kebencanaan"nya bagi bisnis, industri, perekonomian, kehidupan sosial, dan politik; yang telah kita lihat di depan mata: stagnasi ekonomi, pengangguran, konflik sosial; maupun anjloknya indikator-indikator ekonomi seperti GDP, pasar modal dan surat berharga. Tentunya kita semua berharap pandemi ini dapat dikendalikan secepatnya dengan tambahan korban serta gangguan lain yang minimal. Namun seandainyapun besok pagi Covid-19 berhasil kita tanggulangi, kitapun sudah melihat "tantangan raksasa" yang menghadang, untuk menormalkan kembali kegiatan ekonomi kita dan seluruh dunia, termasuk memperbaiki sistem kesehatan yang porak-poranda, merehabilitasi suasana dan trauma kejiwaan maupun sosial yang ditinggalkan oleh Covid-19. 

Dalam perspektif inovasi, kejadian hebat seperti pandemi atau resesi dunia justru menjadi pemicu inovasi yang mengubah jalan sejarah, mereformasi politik, ekonomi maupun sosial. Pandemi sampar di tahun 1300-an adalah pemicu rusaknya sistem feodal yang telah mendarah daging di Eropa,dan menggantinya dengan sistem kontrak kerja yang lebih modern. Tiga abad kemudian, saat resesi ekonomi akibat perang 100 tahun antara Inggris dan Perancis, juga telah menjadi pemicu inovasi besar sistem pertanian yang secara radikal meningkatkan produktivitas pertanian. Di masa hidup kita, pandemi SARS di tahun 2002-2004 juga diyakini menjadi katalis pertumbuhan pesat perusahaan e-commerce kecil bernama Ali Baba, menjadi pelopor bisnis ritel on-line di Asia. Pertumbuhan ini dipicu oleh kecemasan mendasar seputar risiko perjalanan dan kontak manusia, mirip dengan apa yang kita lihat hari ini dengan Covid-19. Krisis keuangan 2008 yang juga menghasilkan disrupsi ekonomi global konon menjadi katalis yang melahirkan Airbnb dan Uber, yang melonjak popularitasnya karena krisis ini telah memaksa masyarakat melakukan penghematan karena menurunnya penghasilan, dan mendorong  masyarakat "berbagi aset" dalam bentuk berbagi kamar cadangan serta berbagi naik mobil. 

Jadi saat kita menghadapi bencana Covid-19 dan melihat masa yang pasti sulit di depan; sembari kita memprioritasikan urgensi "pemadaman kebakaran (firefighting)", kita juga perlu pada saat yang sama justru melipat-gandakan upaya inovasi sebagai peluang membangun masa depan yang baru. Saat kegiatan kita "mandeg" dan kita diwajibkan WFH (bekerja dari rumah) gara-gara ancaman virus yang tidak terlihat; terpicu kebutuhan melakukan segala macam kegiatan secara on-line: misalnya rapat koordinasi tanpa rapat fisik, membangun jejaring kerja melalui medsos, berkenalan secara virtual dengan orang-orang dengan berbagai talenta, pengalaman, masalah, tawaran dan kebutuhan. Gara-gara ancaman virus Covid-19 "sialan" inilah, kita justru berpotensi menghasilkan inovasi-inovasi besar yang dalam keadaan normal tidak bisa dilakukan; karena kita hidup di dalam "silo" kita masing-masing, atau karena mesti mengikuti arahan dan kebijakan organisasi, atau karena mesti memprioritaskan target kerja yang rutin; yang kesemuanya tiba-tiba menjadi longgar dan bisa. Sangat disayangkan seandainya kita mengabaikan peluang emas untuk segera merintis inovasi-inovasi besar, dengan alasan menunggu "waktu yang lebih kondusif" nanti. 

Berikut berbagai rujukan tentang Covid-19 serta antisipasi dampak serta peluangnya nya dalam perspektif inovasi: (untuk membuka link:  highlight link, dan pilih: go to http:// ..............  dengan menekan tombol mouse sebelah kanan) 

1. MIT: A Corona Briefing with MIT
    http://ilp.mit.edu/videodetail.jsp?confid=260&id=3072
2. McKinsey & Company: Cofid-19 Briefing Note
    https://www.mckinsey.com/featured-insights/coronavirus-leading-through-the-crisis
3. TED Connects - Community and Hope
     
https://www.ted.com/about/programs-initiatives/ted-connects-community-hope
4. TedX: Bill Gates - How We Must Respond to the Coronavirus Pandemi
     
https://www.ted.com/talks/bill_gates_how_we_must_respond_to_the_coronavirus_pandemic
5. TedX: Seth Berkley - The Quest for the Coronavirus Vaccine
     
https://www.ted.com/talks/seth_berkley_the_quest_for_the_coronavirus_vaccine
6. TedX: Gary Liu - What the World Can Learn from China's Response to the Coronavirus

     https://www.ted.com/talks/gary_liu_what_the_world_can_learn_from_china_s_response_to_the_coronavirus

Semoga bermanfaat, tetap semangat !
SALAM INOVASI! 

(ks/30/03/2020) 


Komentar

Belum ada komentar

Tinggalkan Pesan

Berita Terbaru

INFO UPDATE: “100+ Inovasi Indonesia” is BACK

Dengan gembira BIC menginformasikan bahwa sistem komunikasi email menuju dan dari reviewer pemilihan

BATCH KETIGA DIMULAI: JADILAH SANG PENANTANG!

Sampai pada batas akhir pengajuan proposal Batch # 2 ke "116 Inovasi Indonesia-2024" 

115 INOVASI INDONESIA – 2023 TERPILIH !

Penjurian "115 Inovasi Indonesia-2022" yang berlangsung pada bulan Januari 2024 lalu

OLEH-OLEH INOVASI TANPA DISRUPSI DARI BANGKOK

Pengarang buku strategi inovasi # 1 sejagat “Blue Ocean Strategy”, Chan Kim & Renee

OBITUARI - PAULUS TJAKRAWAN - Sang Inovator Energi Terbarukan

Duka mendalam bagi BIC dan tentunya bagi banyak inovator Indonesia, saat mendengar berita berpulangn