105 Inovasi Indonesia – 2013 Sukses Terbit ! ........ Dengan Catatan !!
BIC sedianya bermaksud berbangga diri telah berkiprah dalam inovasi lebih dari 5 tahun. Karena dengan terbitnya "105 Inovasi Indonesia 2013" ini, BIC telah mempromosikan 615 karya inovasi anak bangsa, telah menghimpun hampir 3.000 proposal inovasi dalam databasenya; dan telah mengantarkan banyak di antaranya ke ranah aplikasi dan komersialisasi.
Namun tahun lalu (2012), Indonesia untuk pertama kalinya menderita defisit neraca perdagangan, konon yang pertama terjadi sejak tahun 1961. Daya saing global Indonesia menurut World Economic Forum (WEF) juga dilaporkan melorot dari peringkat ke 45 pada tahun sebelumnya ke peringkat 50 dari 144 negara*. Dan berita yang terakhir, Bank Indonesia perlu berjuang keras menahan tekanan depresiasi rupiah. Ketiga hal di atas adalah berita yang tidak menggembirakan dalam konteks daya saing global kita. Tambahan lagi, dari kedua belas pilar ukuran daya saing global menurut WEF di atas, dua pilar yang dinilai paling rendah adalah pilar kesiapan teknologi (technological readiness) dan inovasi (innovation) !!.
Sulit rasanya bagi siapapun untuk memproklamirkan keberhasilan prakarsa inovasi, kalau daya saing terbukti menurun. Dapat dipastikan, bahwa kita telah berupaya berinovasi lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Namun patut di duga, bahwa negara-negara lain dan bangsa-bangsa lain, telah berhasil dalam inovasi mereka lebih efektif, dan lebih cepat dari kita. Itu yang barangkali menyebabkan terjadinya indikator yang kurang menyenangkan di atas. Inovasi seharusnya mendorong penciptaan nilai tambah, yang diukur secara kompetitif, sehingga pada gilirannya inovasi harus tecermin pada peningkatan daya saing.
Kalau kita mencermati upaya pemerintah dalam mendorong inovasi, rasanya semuanya dapat dikatakan lumayan kalau tidak boleh dibilang “menggairahkan”. Tidak kurang kita telah membentuk Komite Inovasi Nasional tiga tahun yang lalu, lalu Sistem Inovasi Nasional (SINAS) dicanangkan pada tahun berikutnya. Bahkan kalau kita menengok ke awal berdirinya BIC di tahun 2008, kita juga melihat “ledakan wacana” berinovasi yang sangat pesat. Sekarang nyaris tak ada sambutan atau pengarahan dari para pemimpin, pejabat, maupun tokoh bisnis kita yang melewatkan kata dan mantra “inovasi”.
Menjadi pertanyaan kita: “Lalu apa yang terjadi dengan inovasi kita? Tidak cukupkah semua upaya inovasi yang telah dilakukan? Tidak cukupkan proyek, dan program yang telah kita buat? Tidak cukupkah target dan sasaran inovasi yang ditetapkan? Tidak cukupkah semua keputusan, insentif, kebijakan, arahan, dan instruksi untuk merealisasikan inovasi? Dengan berat hati, jawabannya: “memang nampaknya belum cukup.”
Barangkali faktor “input” yang sudah dicurahkan mesti dianggap cukup dahulu, target “hasil” juga sebaiknya jangan dinaikkan terlalu tinggi, dan diharapkan terlalu cepat dahulu. Kita perlu lebih fokus pada komponen “proses inovasi” dari trilogi “input - proses - hasil”. Jumlah dan kualitas “input” ke dalam sistem dan ekosistem inovasi kita sepertinya bukan jawaban; demikian pula akurasi perhitungan maupun kedalaman analisis untuk menetapkan proyeksi “target” dan “hasil”nya, nampaknya bukan penentu keberhasilan.
Fokus pada proses artinya, kita mesti memusatkan perhatian pada upaya terus menerus untuk: mencoba, menjalankan, menempuh resiko, membuat kesalahan dan kegagalan, belajar dari kesalahan, menyelaraskan langkah, membangun komitmen, berkolaborasi, .... dan mencoba lagi.
Juga kita perlu memastikan, bahwa lampu di tempat kerja kita, atau di laboratorium kita, atau di bengkel kita, menyala terus siang dan malam ... !
Salam inovasi!
(ks/010813)