Tumpangsari Secara Tumpang Tindih
SUPERBODI, TEKNOLOGI PRODUKSI PALAWIJA ANTI KEKERINGAN
Deskripsi Singkat
Petani seringkali dihadapkan pada risiko gagal panen saat menanam palawija khususnya kedelai di musim kemarau karena terbatasnya air. Kegagalan ini disebabkan oleh kebiasaan petani menanam benih kedelai di tanah di antara sisa bonggol tanaman padi musim tanam sebelumnya, sehingga akar tanaman dapat terganggu akibat rekahan tanah saat mengering, dan tidak dapat bertahan hingga panen.
Inovasi ini melakukan penyiapan bonggol pasca panen padi, agar mudah memasukkan benih kedelai di tengah sebuah bonggol padi, bukan di tanah di antara dua bonggol. Seresah bonggol padi yang menjadi dasar lubang tanam membantu mempertahankan kelembaban di bagian perakaran kedelai, sekaligus menjadi cadangan bahan organik yang cukup bagi tanaman tersebut, dan menjaga pertumbuhannya tetap optimal hingga saat panen. Penerapan inovasi ini telah meningkatkan produktivitas panen kedelai dari 0,9 - 1,25 ton menjadi 1,6 - 1,9 ton per hektar di musim kemarau, yang setara dengan Rp. 4,225,000 tambahan pendapatan bagi petani.
Intercropping by Overlapping
Short Description
Farmers are often faced with the risk of crop failure when planting secondary crops, especially soybeans, during the dry season due to limited water. This was caused by the farmer's habit of planting soybean seeds in the soil between the remaining rice stalks of the previous planting season, so that the roots of the plants could be disturbed due to cracks in the soil when it dried, and could not survive until harvest. This innovation carries out post-harvest rice stalks preparation, to make it easier inserting the soybean seeds in the middle of a rice hump, rather than in between two humps. The rice stalks that forms the planting hole helps retain moisture for the soybean/mung bean roots, as well as providing sufficient organic matter for the plant, to maintain optimal growth until harvest. This innovation has increased productivity of the soybean crop from 0.9 - 1.25 tonnes to 1.6 - 1.9 tonnes per hectare in the dry season, equivalent to Rp. 4,225,000 additional income for farmers.
Perspektif
Kearifan tradisi petani didukung dengan teknologi tepat guna, menghasilkan kearifan inovasi yang tepat guna.
Keunggulan Inovasi:
- Terbukti berhasil meningkatkan produktivitas dan hasil panen kedelai dari 0,9 - 1,25 ton menjadi 1,6 - 1,9 ton per hektar, setara dengan Rp. 4.225.000,- tambahan pendapatan dari sisi penjualan hasil panen bagi petani kedelai,
- Selain itu, petani memperoleh penghematan dalam biaya dan waktu, karena tidak diperlukan pengolahan tanah, sehingga menghemat waktu untuk penebaran benih, menghemat pemakaian pupuk, dan hemat air (biaya pompa air saat terjadi kekeringan), yang kesemuanya mengurangi beban biaya petani.
Potensi Aplikasi:
Inovasi ini telah teruji di lapangan, sehingga dapat langsung diaplikasikan oleh petani, saat menanam kedelai atau kacang hijau pasca panen padi.
Inovasi ini dapat dilakukan khususnya di lahan-lahan sawah yang terbatas air irigasinya, yang biasanya terjadi pada musim tanam ketiga. Inovasi ini juga berpotensi diaplikasikan pada lahan-lahan kering setelah panen padi gogo, dengan memanfaatkan sisa bonggol padi gogo di musim sebelumnya.
Innovator:
Tim Inovasi
Prof. Ir. Totok Agung Dwi Haryanto, M.P., Ph.D.,
Dyah Susanti, S.P., M.P.,
Dr. Agus Riyanto, S.P., M.Si.
Institusi
Universitas Jenderal Soedirman
Alamat
Jl. Profesor DR. HR. Boenyamin No.708, Grendeng, Kec. Purwokerto Utara, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah 53122
Status Paten
Belum Didaftarkan
Kesiapan Inovasi
* Prototype
Kerjasama bisnis
* Terbatas
Peringkat Inovasi
* Prospektif
File
Tidak ada
Video
Tidak ada